20080519

dag.. dig... dug...

Ini bukan kutipan atau penjelasan tentang karya Putu Wijaya yang berjudul sama. Saya memang sedang was-was menunggu kelahiran anak. Maklum, ini anak pertama. Di awal kehamilan, istri saya mabok berat. Saking beratnya, sempat diopname di RS Bethesda, Yogya. Saat itu, dia muntah terus, sulit makan sampai akhirnya sempat muntah darah. Sempat pula saya tinggalkan karena saya ada tugas berlayar selama sebulan. Dia sempat panik setelah melihat berita cuaca buruk di pesisir utara dan selatan Jawa saat itu.
Saat ini, kami sedang menunggu kelahiran calon bayi yang rajin berpencak-silat di rahim ibunya itu. Dasar, bahkan kepala saya pun pernah ditendangnya saat kepala saya bersandar di perut istri. Kayaknya nggak terlalu sulit mengajarkannya bertahan hidup di alam.
Tuhan sungguh baik, Teman... Dia memberi saya seorang istri yang cukup pengertian kepada saya. Kekurangan dan kelebihannya membuat kami saling mengisi. Dan, saat ini, Tuhan sedang menyiapkan rencanaNya yang indah untuk kami berdua. Anak yang sedang dikandung istri adalah anak berkat yang akan menjadi berkat bagi sesamanya. Nggak peduli betapa dia harus hancur luluh untuk hancur untuk mewujudkannya.
Halah... makin ngelantur, nih. Nggak terarah. Sori. Semoga anak gw kelak bisa jauuuuh lebih baik dari gw.

1 comment:

Anonymous said...

Rasanya anakmu pasti bangga jika dia bisa membaca bagaimana cara ayahnya bertutur tentang perasaan ayahnya tentang dia ketika dia masih ada dalam hangatnya perut sang bunda... sang anak pasti sehebat ayahnya.. bundanya pasti sangat bangga pada sang ayah dan anaknya.. merasa telah diberkati hidup sang bunda dengan makna yang dalam tentang cinta sejati dari sang ayah dan calon anak yang bener-bener buat dag..dig..dug hati bundanya juga menanti kelahirannya... berharap sang ayah akan ada di samping memegang tangan sang bunda ketika si kecil nanti akhirnya dapat melihat dunia pertama kalinya...menyempurnakan cinta sejati itu buat sang bunda dan sang ayah.....