20080731

Loper's Day 2008

Yup... inilah salah satu perhelatan di Jakarta yang paling heboh. Limapuluhribu loper koran (begitu kata penyelenggara) berkumpul bersama penerbit suratkabar untuk sama-sama bersenang-senang (itu pun kata penyelenggara). Tahun 2008 ini, Loper's Day diadakan pada 31 Juli 2008 di Pantai Karnaval, Ancol. Di lapangan yang biasa untuk konser musik gede-gedean ini, berdiri satu panggung besar dengan banyak tenda yang diisi berbagai pihak, mulai dari PMI, berbagai media cetak sampai penyedia layanan telepon seluler yang menjadi sponsor utama.
Berhubung acara ini dihadiri Wakil Presiden RI, Pak Jusuf Kalla, beserta Wakil Gubernur DKI Jakarta, Pak Prijanto, dan bos media-media skala nasional di Indonesia, maka persiapan pun dibuat serinci mungkin. Saya yang menerima undangan untuk menjadi relawan di acara ini pun terkaget karena nggak menyangka acara akan semegah ini. Setelah pertemuan antar relawan sehari sebelumnya di bilangan Kuningan, saya beristirahat untuk menyambut acara ini (ceileee...).
31 Juli 2008, jam 3 pagi buta. Weker berbunyi, saya bangun dengan tergesa, sempoyongan menuju kamar mandi. Jam 4, saya menuju Jalan Ciputat Raya untuk ketemu teman sesama relawan yang membawa mobil ke lokasi. Nebeng is the best way to save oil in its globally crisis. Teman itu pun baru saya kenal kurang dari 12 jam sebelumnya. Asas kepercayaan dan niat tulus melayanilah yang membuat kami bisa berangkat bersama (cieeeee...).
Jam 5 pagi harus tiba di lokasi untuk persiapan bersama Paspampres. What is the meaning of Paspampres? Paspampres = Pasukan pengamanan Presiden. Begitulah kalo ada kegiatan dengan lingkar utama negara ini. Eh, nggak tahunya, saya ditaruh di kelompok relawan yang membantu menyiapkan kebutuhan artis. Ternyata hasilnya hanya membawa beberapa dus minuman kemasan ke meja artis. Setelah itu, saya ditempatkan di pintu VVIP (Very Very Important Person) yang akan dilalui Pak Wapres dkk.
Thanx, God because You put me in this point. Saya bertugas di situ bersama tiga relawan cantik dan beberapa orang Paspampres. Pelajaran pertama, Paspampres itu ternyata baik. Nggak sesangar tampangnya. Mereka mau bercanda dan mengobrol di waktu luang. Banyak hal baru saya pelajari dari mereka seperti bagaimana menggunakan pemindai logam (metal detector). Seperti mainan, lho. Boleh juga punya satu untuk mainan anak saya kelak.
Pelajaran kedua, bergaulah dengan siapa saja. Termasuk dengan perempuan-perempuan cantik. Kalo kamu perempuan, bergaulah dengan pria-pria cakep. Jangan pernah pandang bulu! Pandang saja mukanya. Hm, maksud saya, jangan memanfaatkan kesempatan untuk hal jelek. Banyak teman baru saya temui di acara ini. Mereka datang dari berbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan, agama dll. Nyambung nggak sih, dengan tiga kalimat pertama di paragraf ini? Tapi begitulah. Saya banyak belajar dari mereka, mulai dari pekerjaan-pekerjaan yang jauuuuuuuuuuuuh banget dengan pekerjaan saya, sampai bagaimana mengelola sekumpulan rekan kerja yang baru dikenal. Persahabatan adalah bonus setelah itu. Kalo masih lajang, dapat jodoh adalah jackpot! Jackpot, dude! Seperti yang saya alami di gempa Yogya 2006 lalu.
Pelajaran ketiga, nggak semua pekerjaan diukur ganjarannya dengan uang. Banyak hal harus kita lakukan dengan rela. Bangun pagi, keluar duit untuk ongkos dan makan dan capek adalah sedikit pengorbanan. Jangan sampai tangan kirimu melihat apa yang dilakukan tangan kananmu. Itu kata teman dekatku, Ronaldo Rotua Siregar, saat kami lulus SMP. Iklas seiklas-iklasnya harus dicamkan. Rasanya senang saat melihat loper koran dan keluarganya tersenyum melihat kami saat itu. Membagi-bagikan minuman, memberi informasi yang dibutuhkan dan menenangkan mereka yang mulai rusuh adalah bayaran yang jauh lebih berharga.
Pelajaran keempat, jangan terlalu banyak memberi pelajaran. Makanya pelajaran ini saya batasi sampai di sini. Terima kasih.
Betewe, kaos relawan gw yang dipinjem bos Suara Pembaruan kok nggak balik, ya? Pak, mana janjimuuuuuu....? :D

Bersama beberapa relawan cantik bin manis. Ini bonus, Kawan, karena niat tulusku menjadi relawan. Kapan lageee? Wakakakaka.... Horeeeee....

20080728

Krisis Listrik dan Es Dawet


Alamak... betul2 pemanasan global, neh. Kantor saya juga mengalami pemanasan. Tapi ini pemanasan lokal. Krisis listrik ibukota membuar semua penghuninya harus berhemat. Berhubung pemerintah yang menyampaikan himbauan penghematan, maka kantor saya pun berhemat. Karena saya bekerja di kantor pemerintah juga. Harus memberi contoh yang baik, dong...

Dan inilah contohnya. Mematikan sebagian lampu, menghentikan operasi sebagian lift dan menurunkan daya pendingin udara alias AC. Akibatnya, sebagian kantor saya gelap dan gerah. Rasa gerah makin menjadi tatkala harus mengenakan baju seragam. Untungnya, ruang kerja saya dilengkapi jendela yang bisa dibuka dengan ukuran super besar. Meja saya pun berada tepat di bawah lampu yang beruntung bisa menyala hari ini.

Maka pekerjaan saya pun nggak terlalu terganggu. Hanya sedikit merasa panas karena mengandalkan angin sepoi-sepoi yang enggan bertiup. Kancing baju pun saya lepas sebagian. Tapi itu hanya saya lakukan di meja saya. Lumayan daripada harus bermandi keringat seharian.

Saya sepertinya butuh segelas es dawet. Lengkap dengan saus gula merah yang meleleh di sela-sela potongan cincau. Dengan sedikit es yang mengembun di balik dinding kaca bening gelasnya. Slurrp... Nikmat...

Semoga krisis listrik yang membuat gerah ini membawa berkah bagi mereka yang menawarkan kesejukan, baik lahir maupun batin. Amiiiiin....