20080102

Ikan dan Nelayan di Indonesia

Ikan tuna sedang diturunkan dari atas kapal untuk kemudian melalui pemeriksaan untuk diekspor ke Jepang.

Tuna mata besar (Bigeye Tuna - Thunnus obesus) yang tertangkap di Samudera Hindia adalah salah satu komoditas penting perikanan Indonesia. Nilainya mencapai US$ 6/kg untuk ukuran ikan di atas 25 kg per ekor. Namun penangkapannya semakin sulit kini. Hasil tangkapan per satuan unit kapal menurun drastis sejak perikanan tuna mulai marak di era 1970'an. Di tahun 1980'an, sebuah kapal bisa memperoleh hingga 100 ekor tuna dari sekali setting dengan 1000 mata pancing. Di tahun 2007 ini, hasil rata-rata setiap hauling adalah tujuh ekor dari 1.500 mata pancing yang ditebar. Bahkan, tidak mustahil tak seekor tuna pun dalam 1.500 mata pancing itu. Hasil tangkapan memang berfluktuasi mengikuti pola musim dan cuaca. Namun kecenderungan (trend) hasil tangkapan itu tetap nyata.
Eka Chandra, salah seorang kapten sekaligus fishing master sebuah kapal tuna mengungkapkan, kesulitan ini dipicu beberapa hal. Salah satunya adalah perkembangan pelaku usaha di bidang ini. Di samudera yang sangat luas itu, tak jarang mereka berpapasan dengan "pesaing" yang juga sedang memburu fishing ground yang potensial. Hal ini tidak ditemui di era 1970'an dan 1980'an. Penyebab lainnya adalah pemanasan global. Pencairan es menyebabkan penurunan salinitas sebagai salah satu faktor pembatas wilayah migrasi ikan. Selain itu, pola angin dan hujan pun berubah.
Penurunan hasil tangkapan nelayan tentunya berdampak buruk terhadap kehidupan sosial nelayan dan keluarganya. Gaji kecil tanpa bonus adalah makanan sehari-hari nelayan. Kerja sampingan hampir mustahil bagi mereka karena pekerjaan menuntut mereka berlayar berminggu bahkan berbulan tanpa sehari pun mendarat dan berinteraksi dengan dunia luar. Akhirnya mereka memenuhi kebutuhan hidup dengan pola tambal sulam.
Sampai saat ini, belum ada solusi nyata untuk mengatasi semua masalah di atas. Perikanan Indonesia perlu diselamatkan dari kepunahan sumberdayanya. Sistem sosialnya pun perlu dibenahi agar eksplorasi sumberdaya alam ini membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

No comments: